Rabu, 16 Juni 2010

Cinta itu Universal dan Bukan Seks!

Oleh: Udo Yamin Majdi

Sebelum aku mendefinisikan cinta itu menurut pemahamanku, ada dua hal yang ingin aku sampaikan, pertama, ada penyempitan makna cinta; kedua, tentang komposisi cinta. Baik, kita mulai dari hal pertama. Dari apa yang aku dengar dan aku baca, ada kesan cinta itu hanya untuk lawan jenis, bahkan identik dengan seks. Apalagi, kalau membaca buku-buku, atau literatur dari Barat, itu bukan hanya kesan, memang mereka identikkan dengan seks. Ini terlihat, ketika ada seorang penulis, menyebutkan salah satu komposisi cinta adalah gairah seksual.

Dan penyempitan makna cinta itu, terjadi juga dengan masyarakat di Indonesia. Sebagai contoh, apa yang tertulis dalam buku yang sempat bikin heboh dan best seller beberapa tahun yang lalu (Ma'af, aku tidak sebutkan judulnya ya). Pas baca buku itu, aku bergidik. Iiii takut!! Gimana enggak ngeri, di sana digambarkan tentang bisnis 'daging ayam'? Ayam yang aku maksud bukanlah ayam beneran, tapi sebutan para cewek murahan yang jual diri sama cowok, atau bisa sebaliknya.

Gila, dalam buku itu, diungkap semua aktifitas seksualitas yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Betapa tidak, selain aktifitas itu zina -sebab para pelakunya tidak diikat oleh pernikahan, juga seks itu dilakukan di luar prikemanusiaan. Masih adakah nurani, ketika ratusan laki-laki dan perempuan dalam sebuah ruangan berjoget tanpa sehelai benang? Lalu, mereka 'bebas-sebebasnya' melakukan perzinahan itu. Mau satu laki-laki melayani dua, tiga, empat perempuan. Atau sebaliknya, satu cewek di 'garap' beberapa cowok. Atau mereka bermesum sesama jenisnya; lelaki dengan lelaki (homo) dan perempuan sama perempuan lagi (lesbian). Tempatnya juga bebas, mau di lantai, di sofa, di kasur, di mobil, atau dimana saja, yang penting enjoy. Semuanya, boleh dilakukan. Lantas, kalau demikian, apa bedanya dengan binatang? Gubrak!!

Ah, intinya, dalam buku itu terjadi penyempitan dan penyimpangan makna cinta. Bagi mereka kata "bercinta", berarti itu penghalusan kata dari "hubungan biologis" antara lawan jenis. Wajar saja kalau ada diantara teman kita yang ingin membuktikan cinta pada pasangan -pacar- adalah lewat penyerahan tubuh, walaupun tanpa proses yang halal, alias tanpa nikah. Orang memahami dari cintalah akan lahir seks. Dan seks dilakukan juga akan menimbulkan cinta. Padahal itu bukan cinta, itu adalah hawa nafsu.

Cinta itu universal. Bukan hanya untuk lawan jenis saja. Cinta bisa berlaku dari Allah Swt. untuk makhluk-Nya. Dari makhluk kepada Allah Swt. Dari ibu untuk anaknya, atau sebaliknya. Dari manusia untuk harta-benda. Dari manusia kepada hewan dan pepohonan. Dan seterusnya. Contoh, ketika ada pulpen bagus dan jadi kesukaan kita, kita pun bilang: "Gue cinta banget ama pulpen ini!" Jadi, objek cinta itu "siapa" dan "apa" saja, alias universal, termasuk terhadap pulpen. Tidak hanya dengan lawan jenis saja.

Bersambung: Makna Al-Mawaddah, Al-Mahabbah, dan Ar-Rahmah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar